Sabtu, 31 Maret 2012

Why..?!


Alara adalah seorang gadis yang jutek, cuek, namun setia kawan. Ia lahir sebagai anak tunggal di keluarganya. Tidak hanya anak tunggal namun Lara biasa gadis ini sapa adalah seorang anak broken home . Ayah dan ibunya bercerai sudah 3 tahun lamanya. Lara tinggal bersama ibunya sedangkan sang ayah tinggal di luar negeri bersama keluarga barunya. Ibu Lara seorang wanita karir yang sukses dan selalu menyempatkan waktu untuk selalu bersama Lara, anaknya. Karena saat ini dan mungkin nanti Laralah satu-satunya harta yang paling berharga yang di miliki oleh ibunya.
Alara bersekolah di sebuah sekolah swasta, SMA Mawar Indah. Ia telah 2 tahun menuntut ilmu di sana.  Lara adalah salah satu siswi terbaik di sekolah ini. Bukan hanya di bidang pelajaran ia kuasai namun di bidang olahraga terutama basket ia kuasai. Ia bukan gadis yang feminim dan bukan pula gadis yang tomboy. Soal penampilan ia asal mengenakan yang penting ia merasa nyaman dengan apa yang ia kenakan.
Auvia atau yang biasa di sapa dengan Via adalah salah satu teman Lara yang, yah termasuk baik hati dan setia kawan. Saking baiknya ia gampang di bodohi oleh orang-orang yang ingin mengambil keuntungan darinya. Alira teman Lara yang satu lagi. Entah kebetulan atau emang takdir dari Tuhan  nama mereka seperti anak kembar. Namun jauh dari kenyatan sifat dan penampilan mereka berbanding terbalik dari yang terlihat. Lira biasa di sapa lebih meyukai olahraga yang cowok banget, apalagi bela diri. Hampir semua bela diri ia kuasai. Hal yang paling bagus dan patut di contoh dari Lira adalah ia menggunakan semua keahliannya hanya di tempat-tempat ia latihan  dan  tidak untuk  di jadikan sarana perkelahian kecuali dalam keadaan terpaksa.
Diantara ketiganya yang paling perhatian yah Via. Via sangat memperhatikan penampilan serta gaya teman-teman sejatinya ini. Terkadang Lira yang bisa di bilang cowok banget *tapi gak cowok beneran aslinya sampai kepanasan gara-gara Via sering banget ngomen ini dan itu. Sedangkan Lara ia santai saja. Kadang hanya iya-iya saja. Namun dari itu semua mereka sangat akrab layaknya sodara kembar beda ibu. Lira dan Via sering main ke rumah Lara dan otomatis ibu Lara mengenal kedua teman karib Lara. Layaknya seorang ibu mereka berdua juga sudah dianggap sebagai seorang anak. Jadi kalau main ke rumah Lara mereka udah menganggap kalo rumah  Lara itu rumah kedua mereka.
Hari ini adalah hari pertama masuk setelah liburan semester pertama. Lara mendapatkan liburan ke Singapura. Selain berlibur ia juga ingin menyempatkan waktu dan melepas rindu dengan ayahnya. Liburan kali ini ia habiskan sendiri karena ibunya sedang ada urusan yang harus di selesaikan. Sempat Lara merasa kesepian namun rasa itu sedikit tertutupi setelah ia di ajak berkeliling oleh ayahnya. Yah, walaupun ibunya tidak ikut beliau selalu menelpon Lara. Hubungan ayah dan ibu Lara terjalin dengan baik setelah perceraian 3 tahun silam. Masih terjalin komunikasi di antara mereka.

*Balik lagi ke hari pertama masuk Via yang gak sengaja lewat kantor guru dan melihat kedalamnya. Sekilas ia melihat seorang cowok memiliki tubuh dan tinggi yang atletis. Wajahnya entah bagaimana karena cowok tersebut membelakangi Via. Setelah itu Via pun berlalu. Ia masuk kelas dan menceritakan hal tersebut kepada kedua temannya. “Serius lo?” kata Lara melontarkan kata-kata  pertama. “Iya, Ra. Kayaknya sih anak baru.” Balas Via kemudian. Lira hanya sibuk dengan buku yang sedang ia baca. Entah buku apa, namun jika mendapat buku yang menarik dan enak di baca ia akan terhanyut dan sibuk dengan dunia kebukuannya tersebut. Setelah itu tak ada kata lagi yang terucap dari mulut mereka karena Bu Alita selaku guru matematika datang dan sepertinya beliau tidak sendiri. Di belakangnya di ikuti oleh seorang cowok tampan dengan tubuh dan tinggi yang atletis. Via pun terkejut karena cowok yang tadi ia lihat di ruang guru sekarang akan menjadi salah satu teman sekelasnya. Lara dan Lira hanya saling senyum dan kembali sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
“Selamat pagi anak-anak!” Sapa Bu Alita. “Pagi, Bu.” Jawab mereka serentak dan semangat. Guru tersebut kemudian tersenyum dan mulai berkata, “Hari ini kalian akan mendapat teman baru.” Bu Alita mempersilahkan cowok tersebut masuk dan menyuruhnya memperkenalkan diri. “Nama saya Leon Pramada Syam. Kalian bisa memanggil saya dengan nama Leon. Saya pindahan dari… Amerika. “ Ucapnya. Lara, memperhatikan Leon sepertinya saat Leon mengatakan, “Saya Pindahan dari..” ada sedikit penurunan nada maksud Lara di sini ia melihat Leon gak mau terlalu bangga karena dia pindahan dari amerika. Dan itu hal yang positif bagi Lara dia tahu kalo Leon bukan orang yang sombong namun rendah hati.
Hari pertama masuk, jam pembelajaran seperti biasa belum di mulai. Alara yang hobi banget nyari keringat kini sudah beranjak ke lapangan sambil membawa bola basket yang di bawa di samping pinggangnya. Lira dan Via tetap di kelas. Duduk sambil bertukar cerita saat liburan kemarin.
Leon yang merasa sendirian pun akhirnya beranjak dari bangkunya. Ia duduk di kursi depan kelas sambil menatap Lara dari kejauhan. Ia pun tersenyum sambil memperhatikan Lira. Aldo orang yang SKSD *sok kenal sok dekat pun datang menghampiri Leon dan mengagetinya.
“Hayo, lo naksir Lira yah?” kata Aldo mengagetkan. Leon yang terkejutpun langsung berdiri dan berkata, “Sembarangan aja lo kalo ngomong. Gak lah. Tadi gue gak sengaja ngeliat dia.”  Elaknya. Kemudian Aldo menjabat tangan Leon dan mereka saling berkenalan. Dari hari pertama masuk sampai beberapa bulan  kemudian mereka menjadi teman akrab dan sangat dekat.
***
Hingga suatu hari kelas mereka sedang pelajaran olahraga. Dan di setiap jam tersebut Leon tak pernah ada di lapangan. Ia selalu berada di perpus atau mungkin melihat teman-temannya yang sedang berolahraga dari kejauhan. Lara yang sudah lama ingin bertanya tapi tak kunjung juga di tanyakan. Akhirnya, Lara pun mempunyai kesempatan untuk membuntuti Leon. Saat itu Pak Bayu sedang melakukan pengambilan nilai. Yang sudah selesai boleh langsung ke kantin, teman- teman Lara pada ke kantin semua hanya ia saja yang pergi ke arah lain.
Leon melangkahkan kakinya masuk ke perpustakaan, ia  merasa ada seseorang yang mengikutinya.  Ternyata dugaannya benar. Lara lah yang sedari tadi membuntutinya. Leon sudah tau maksud Lara membuntutinya itu karena apa.
Lara yang sedari tadi celingak-celinguk mencari sosok Leon tak kunjung kelihatan. Tiba-tiba dari arah belakang  ada yang mencoleknya. “Ihh, apaan sih nyolek-nyolek?” Sahutnya masih melihat kanan kirinya. Dibelakangnya Leon tersenyum-senyum melihat tingkah gadis di hadapannya ini. Kemudian ia berkata, “Cari sapa sih non? Kok serius banget. Nyari gue ya?” Lara yang tadinya menghadap ke depan langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang. Ia pun baru sadar yang mencoleknya tadi ternyata Leon. Lara langsung nyengir dan segera memutar tubuhnya ke hadapan Leon. Lara yang tadinya serius mencari sosok yang ia cari sekarang malah salting *salah tingkah* melihat sosok yang di cari berada di hadapannya. Lara langsung nyengir dan garuk-garuk kepala, padahal kepalanya gak gatal.
“Jadi lo dari tadi ngebuntutin gue?” Leon mulai bicara lagi. “Mampus ketauan deh gue!” Batin Lara. “Heiii, denger gue gak sih?” tambah Leon kemudian. “Emm, emmm, iya sih dari tadi gue buntutin loe.” Akhirnya Lara membuka mulut. “Oh gitu…” sahut Leon. Kemudian ia berjalan kembali mengitari rak buku yang ada sekitar mereka. “Loh, kok gue di tinggalin sih??!! Gak sopaaan!!!” bentak Lara.  Terdengar suara “sssssttttttt” dari beberapa siswa yang kebetulan ada di sekitar mereka. Lara yang lupa kalo dia sedang di perpustakaan langsung lari mengikuti Leon karena saking malunya.
“Loe mau kemana sih? Jalannya cepet banget!” protes Lara. Namun Leon hanya diam hingga ia berhenti di sebuah pintu yang sering ia datangi ketika pelajaran olahraga. Lara ragu masuk kedalam pintu tersebut. Namun tangannya sudah di tarik duluan ke dalam oleh Leon.  Setelah masuk, Lara heran. Kenapa ada ruang musik di dalam sebuah  pepustakaan? 
“Gimana tempatnya menurut loe?” kata Leon tiba-tiba. “Baguusss siihh, tapii…..” sebelum melanjutkan kata-katanya Leon sudah berbicara duluan, “Pasti loe heran kenapa ada ruang musik di dalam perpustakaan? Ya kan?” “Iya, emang kenapa?” Tanya Lara. “Ruang musik ini di kelola sama Mas Irfan, penjaga perpustakaan yang ada di meja depan itu. Mas Irfan minta ijin ke kepsek buat ruangan ini. Awalnya di tolak karena ruangan ini bisa membuat keributan. Tapi setelah di jelasin sama Mas Irfan pak kepsek ngijinin.”  Jelas Leon. Tak ada 1 patah katapun yang keluar dari mulut Lara keculi mulutnya yang membentuk huruf “o”.
Di dalam ruangan ini terdapat beberapa alat musik akustik, seperti gitar dan piano. Entah mengapa melihat piano Lara teringat oleh ayahnya. Tanpa ia sadari ia mendengarkan lantunan piano yang di mainkan oleh Leon. Lara gak nyangka cowok seperti Leon yang cuek begitu mahir dalam memainkan piano. Kemudian Lara terhanyut dalam not-not yang di mainkan oleh Leon. Leon memainkan piano tersebut lumayan lama, hingga Lara yang mendengarkan sampai ketiduran. Kemudian Leon menghentikan permainannya dan berjalan menuju arah Lara. Ia tersenyum, dan mengeluarkan hp dari saku celananya dan memotret lara yang sedang tidur. “Non, bangun! Konsernya udah selesai nih.” Kata Leon. Lara pun terbangun dan mengucek-ngucek matanya. “Sorry gue ketiduran, capek banget soalnya.” Kata Lara. “That’s okay.” Jawab Leon singkat. Di lirik jam yang ada di tangannya, masih kurang 20 menit berganti jam pelajaran. “Gue mau nanya sama loe. Kenapa sih, tiap pelajaran olahraga loe gak pernah ikutan?” Tanya Lara dengan penasaran namun tetap hati, karena gak mau menyinggung Leon sekalipun. “Oh itu, dari kecil gue kena lemah jantung. Jadi hal sekecil apapun yang membuat gue mudah lelah gue tinggalin, dan ini lah sambil melihat sekeliling ruangan yang membuat gue melupakan rasa bosan dan sebagainya. Jujur, gue suka banget yang namanya olahraga. Jadi kalo ngeliat loe gue iri. Iri karena loe jago banget soal olahraga.” Jelasnya dengan tenang. Lara yang kaget dan gak tau harus berkata apa hanya diam sambil mendengarkan apa yang di bicarakan oleh Leon. “Itu salah satu alasan kenapa gue balik lagi ke sini, Indonesia. Disana gue sekolah sambil berobat. Sekalian nyari pengalaman tentang musik di sana.”  Lanjutnya. “Aku gak tau harus ngomong apa. Bingung. Tapi gue salut sama loe. Kamu begitu menikmati hidup sedangkan aku yah… ” cerita Lara kemudian. Tak lama bel pergantian jam pelajaran berbunyi dan mereka keluar dari perpustakaan kemudian kembali ke kelas.
***
Lira dan Via sibuk keliling sekolah mencari teman tercinta yang telah hilang sejak pengambilan nilai tadi. Berhubung bel sudah berbunyi mereka memutuskan untuk kembali ke kelas.
Sesampainya di kelas, ternyata Lara sedang asik ngobrol dengan Leon. Antara perasaan jengkel karena mencari Lara gak ketemu dan antara perasaan senang karena sebelumnya Lara gak pernah sedeket itu sama cowok yang baru dia kenal. Kecuali Aldo dkk yang juga teman basket Lara.
“Wah, sejak kapan nih kalian jadi dekat begini? Biasanya cuek-cuekan?” kata Via setelah berjalan masuk mendekati mereka. “Sejak tadi.” Jawab Leon dan Lara kompakan. “belum apa-apa aja mereka udah kompakan begitu jawabnya. Gimana tar yah?” Goda Lira kemudian.
Tiba-tiba Aldo datang dengan butiran keringat di keningnya. Sudah bisa di tebak kaloia habis bermain basket. “Tumben banget kalian ngumpul-ngumpul begini?” tanyanya sambil memutar-mutar bola basket. “Ah, want to know aja sih loe. Urusin tuh keringet loe.” Jawab Via ketus. Dari dulu sampai sekarang Via jarang banget ketus sama orang. Kecuali makhluk 1 ini yang berada di hadapannya sekarang. Entah apa yang terjadi di antara mereka, yang jelas tiap ketemu atau ngumpul bareng pasti selalu bertengkar kayak kucing sama anjing. 
Tiba-tiba Rifan sang kepala suku alias ketua kelas kembali dari kantor dan membawa secarik kertas. “Berhubung Miss. Valentine gak ada. Jadi kita di di kasih tugas. Sekertaris tolong catatin di papan tulis dong.” Kata Rifan di depan kelas.  “Oke bos, dengan senang hati.” Jawab Sisil sang sekertaris. Sekertaris terajin yang pernah ada. Suka banget kalo di suruh nulis. Mana tulisannya bagus lagi. Bikin envy aja. Hhha
“Oya, 1 lagi. Tar jam terakhir kita boleh pulang. Soalnya guru-guru ada pelatihan.” Lanjut Rifan kemudian. Sorak-sorai layaknya anak TK langsung terdengar. “Jangan lupa di kerjain yah tugasnya!” kata Riffan dan langsung kembali ke tempatnya. “Oke bos, dengan senang hati” jawab anak-anak kelas sambil menirukan gayanya Sisil sang sekertaris. Yang lainnya hanya tertawa dan kemudian sibuk dalam perkerjaannya masing-masing.
Bel pulang pun berbunyi. Siswa – siswi SMA Mawar Indah berhamburan keluar kelas. Termasuk Lira, Via, Aldo dan Rifan. Setelah semuanya keluar, Leon menahan tangan Lara. “Besok kan libur. Gimana kalo kita liburan bareng yang lain ke pantai?” Ajak Leon pada Lara. “Aku sih terserah aja. Kalo mereka mau , yah ayo lah.” Jawabnya sambil tersenyum. “Oke deh tar sore aku ajakin yang lain ke rumah kamu. Biar tar anak-anak langsung tau dan harus gimana.” Jelas Leon. “Sip, di tunggu deh kehadiran kalian.” Jawab Lara sambil tersenyum. “Yaudah, sekarang aku antar kamu pulang yah.  Biar aku tau rumahmu dan gak nanya-nanya lagi sama yang lain.” Tawar Leon kemudian. Sebenarnya Lara ada janji pulang bareng teman-teman tercintanya, tapi setelah Leon meminta ijin ke Lira dan Via. Mereka malah mengijinkan dengan senang hati. Jadi, di sini lah mereka sekarang. Di dalam mobil Leon. Lara dan Leon terlihat canggung satu sama lain. Soalnya baru kali ini mereka begitu akrab. Selama perjalanan merek tak banyak berbicara dan Leon pintar banget mengatasinya dengan menyetel lagu di tape mobilnya. Entah kebetulan atau emang takdir., lagu yang di setel itu lagu kesukaan Lara dan lagu kesukaan Leon juga.
Sesampainya di rumah, Lara kaget. Kenapa sang ibu ada di rumah, bukan kerja. Alhasil, Lara malu sama ibunya karena baru kali ini di anterin cowok sampai kedepan rumah. Berhubung, Leon gak enak sama ibunya Lara dan mungkin sekalian kenalan Leon keluar dari mobil. Ibu Lara hanya tersenyum meyambut  kehadiran gadisnya dengan seorang cowok yang, hemmm kerennn banget. Ibu Lara saja mengakui hal itu.
“Siang tante, saya Leon.” Sapa Leon pada ibu Lara. “Siang juga, Leon. Makasih yah udah ngantar Lara pulang. Maaf mgerepotin! ” Balas ibu Lara sambil tersenyum.  “hhe, iya tante gak papa. Sekalian pengen tau rumah Lara aja. Bilangnya mamanya lara cantik. Sekalinya beneran.” Puji Leon pada ibunya Lara. “Ah, kamu ini bisa aja. Mampir dulu, yuk.” Tawar ibu Lara pada Leon. “Makasih tante, saya langsung pulang aja. Lagian tar sore juga saya kesini lagi bareng teman- teman yang  lain.” Jawab Leon halus. “Oh gitu, oke tar tante tunggu loh.” Bals ibu Lara. “Iya tante, saya pasti datang kok. Emm, ngomong-ngomong saya pamit pulang dulu yah tante.  Assalamualaikum ” pamit Leon sambil salim pada ibu Lara. “Hati-hati yah Leon. Walaikumsalam. ” kata ibu Lara. “Iya tante, makasih yah. Ra, aku pamit pulang yah.” Pamit Leon pada Lara. “Iya yon, hati-hati yah. Jangan lupa tar sore.” Balas Lara. Leon mengangguk dan tersenyum pada Lara dan ibunya. Ia pun langsung masuk mobil dan meninggalkan mereka berdua di halaman rumah yang indah dan sejuk itu.
Ibu Lara mau bertanya siapa cowok yang mengantarnya pulang, tapi melihat gaya anaknya mungkin Lara gak mau menjawab dan ibunya pun hanya diam dan melihat apa yang terjadi nantinya pada Lara dan Leon.  Setelah ganti baju dan turun dari kamar, Lara memeluk sang ibu dan mencium keningnya hal yang mungkin kadang-kadang ia lakukan kalo lagi senang. Kemudian Lara menceritakan semuanya tentang Leon, termasuk penyakit yang di derita Leon dari kecil. Ibu Lara terkejut, anak yang baik dan sopan seperti Leon memiliki umur yang tidak panjang lagi. Bahkan hanya hitungan bulan saja. Ibu lara hanya memberikan nasehat  serta dukungan pada anak semata wayangnya ini. Walaupun ia tinggal bersama ibunya dan jauh dari ayahnya, ia selalu berusaha untuk menikmati dan menghargai apa yang dia punya saat ini . Terkadang ia merasa gak ada gunanya ia hidup, hanya menyusahkan orang tuanya saja tapi di sisi lain ibunya tidak merasa seperti itu. Ibu Lara justru bangga memiliki anak seperti Lara. Lara tumbuh sebagai gadis yang dewasa dan memiliki banyak teman. Perceraian orangtaunya tidak menjadi halangan baginya untuk menjadi anak yang di besarkan dengan kelurga yang utuh.
***
Sore pun tiba, Lara yang sudah mandi dan sedang menunggu teman-temannya di dekat kolam sambil mendengarkan musik  di temani sepiring cookies dan segelas sirup yang segar. Tiba-tiba Leon datang menghampirinya, “Makan terus si non satu ini tar gendut loh.” Kata Leon. “Biarin, kan yang gendut gue bukan loe.” Balas Lara kemudian. Leon hanya tersenyum melihat gadis di hadapannya. Walaupun hanya beberapa hari ia dekat dengan gadis ini, ia merasa sudah bertahun-tahun mengenal Lara. Perasaan sayang muncul di hatinya. Kemudiann..  “Yang lain mana yo? Kok Cuma Loe doang yang ke sini?” kata Lara sambil asyik memainkan kakinya di kolam. “Gak tau tuh, pada ngaret semua. Alasannya banyak. Ya itu lah, ya ini lah. Indonesia banget gak pernah berubah.” Jawab Leon Kesal. Lara tak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya tertawa tanpa suara dan itu tambah membuat Leon kesal dan akhirnya mereka tertawa juga. Ibu lara memperhatikan anaknya tersebut lalu tersenyum. Tak lama Aldo, Via, Rifan, dan Lira datang. Mereka membahas semua tentang rencana besok.
Tak terasa sudah 3 jam mereka di rumah Lara. Berhubung besok mereka akan melakukan perjalan panjang,  Jadi mereka harus pulang. Merekapun  pamit pulang pada tuan rumah, yaitu Lara dan ibunya.  Agar besok tidak ngaret seperti tadi sore.
***
*Keesokkan paginya
Sesuai rencana semalam, mereka ngumpul di rumah Lara jam 3. Pagi banget sih, tapi mau gimana lagi dari pada tar kesiangan, lagian mereka juga mau lihat sunrise saat di perjalanan.
Ibu Lara juga ikut sibuk, beliau membantu anaknya mempersiapkan barang-barang apasaja yang di butuhkan saat disana. Padahal kalo di pikir-pikir lagi, mereka di sana Cuma 2 hari. Tapi kok banyak banget yah bawaannya? Di sana juga tinggal di resort milik ayahnya Leon jadi kebutuhan mungkin akan tercukupi.
Orang yang pertama hadir adalah Leon, Via dan Lira, terakhir Rifan dan Aldo. Sempet kesel juga nungguin mereka datang, sumpaaah lama banget. Hampir aja kita telat cuam gara-gara Aldo. Via yang jutek tambah jutek lagi, dan lebih jutek lagi setelah ia tau, ia tidak berangkat bersama Via atau Lara melainkan Aldo? “What?” kata pertama yang di keluarkan dari mulut Via. Setelah itu ia ngedumel gak jelas saking keselnya.  Tapi percuma juga, semua telah di sepakati jadi mau gak mau dia harus mau atau gak ikut serta dalam liburan kali ini. Setelah pamitan sama ibu Lara meraka langsung tancap gas. Karena gak mau kesiangan. Lara menarik tangan Leon. “Yon, kamu gak papa ikut beginian? Tar kalo ada apa-apa di jalan gimana?” Kata Lara Khawatir. “Aku gak papa kok. Aku masih sehat kok. Kamu tenang aja. Berdoa kita pergi dan pulang dengan selamat. Lagian ini akan menjadi liburan pertama dan terakhir aku bareng kalian. Aku yakin pasti seru banget deh.” Jelas Leon meyakinkan Lara. Tanpa di sadari air mata Lara menetes, maksud ucapan Leon apa? Kemudian ia buru-buru menghapusnya dan langsung positive thinking.
Lara dan Leon pamitan dengan ibu Lara. Ibu lara menitipkan Lara pada Leon, dan  titipan ini bakal ia jaga sampai ia pulang karena ini titipan terakhir yang akan ia jaga sampai nanti.
Kemarin malam sepulang dari rumah Lara, mendadak penyakit Leon kambuh. Entah karena apa, kecapekan mungkin atau bagaimana. Leonpun di bawa ke rumah sakit untuk di periksa. Dokter bilang umur Leon sudah tidak lama lagi, pastinya entah kapan. tapi hanya Tuhan lah yang mengatur itu semua. 
Leon di minta untuk istirahat dan di opname di rumah sakit tapi karena besok ia akan pergi bersama-sama teman-temannya, ia menolak hal tersebut. Dokter dan kedua orangtua Leon tidak sanggup untuk menahan dan mencegah Leon jadi mereka memperbolehkannya.
***
Diperjalanan, sudah tak ada kecanggungan di antara mereka. Keduanya saling akrab 1 sama lain. Akhirnya Leonpun tau kalo lagu yang ia setel kemaren itu lagu yang juga di sukai oleh Lara. Leon tau saat Lara duduk di dekat kolam sambil mendengarkannya berulang-ulang.
***
*kita intip keadaan di dalam mobilnya Lira dan Aldo yuk!
Lira dan Rifan emang sejak awal sudah dekat. Jadi mereka fine-fine aja kalo di taro di 1 mobil. Malah mereka senang lagi. Mereka di bilang deket sih iya, tapi kalo pacaran gak tau deh. Tanya aja orangnya, soalnya kalo di tanya pasti cuma bilang, “Kelihatannya?” Selalu itu terus jadi yang lain tak akan bertanya lagi.
Di dalam mobil Aldo, terlihat sunyi banget. Biasanya mereka kelahi kali begini, tapi Via malah tidur dan Aldo menyetir sambil mendengarkan musik. Aldo sendiri capek kelai sama Via. Sebenarnya Aldo hanya ingin mendapatkan perhatian dari Via, tapi Via-nya gak ngerti dan jadinya mereka selalu kelai deh kalo ketemu.
Mereke menempuh perjalan sekitar 2 jam. Sesampainya di sana mereka di sambut sang surya yang telah bangun beberapa saat tadi. Mereka sangat menikmati tempat ini. Resort yang jauh dari keramaian dan bersatu dengan alam. Yaa, bersatu dengan pantai tepatnya. Subhanallah, indah sekali karuniaMu ya Allah.
Setelah melihat sunrise, mereka masuk ke dalam resort. Resort ini terlihat klasik dan nyatu banget dengan alam atau lingkungan di sini. Resortnya terlihat terawat. Terbukti, Pak Ja dan Bu Ja lah yang mengurus resort ini dengan baik. Mereka menyiapkan kamar serta sarapan pagi buat kami. Pak Ja dan Bu Ja baiikk banggeeeet yah.
Setelah sarapan kami duduk sebentar di ruang tengah sambil memegang cangkir teh hangat yang tadi di buatkan oleh Bu Ja tadi.
Lara entah pergi kemana, ia mencari sosok yang sedari tadi bersamanya namun tiba-tiba hilang. Lara mengelilingi semua ruangan yang ada di resort ini, namu tak di temukannya juga sosok Leon di mana-mana. Sesampainya di sebuah ruangan, terletak di lantai atas, kamar paling ujung, dan pintunya terbuka. Terlihat Leon sedang berbaring disana. Lengan kanannya menutupi wajahnya. Lara mengetuk pintunya namun tak terdengar kemudian ia masuk dan berdiri di depan sambil melihat Leon. Bibirnya bewarna pucat entah wajahnya mungkin juga begitu. Lara memberanikan diri untuk membangunkan Leon , ia khawatir dengan keadaan Leon saat ini. Tapi sebelum ia membangunkan Leon, Leon sudah bangun duluan. Ia duduk di sisi kasur di kamar tersebut dan meraih tangan kedua tangan Lara. “Trust me! I’ll be fine and everything gonna be fine too.” Kata Leon meyakinkan  Lara. Lara meneteskan air matanya kembali, membasahi tangan Leon, Leon pun berdiri dan meghapus air mata Lara dengan kedua tangannya. Kemudian, ia mempersilahkan Lara duduk di tempatnya tadi. Lalu ia beranjak ke piano yang ada di dekatnya juga. Leon mulai memainkan beberapa not, air mata Lara kembali berjatuhan ketika Leon memainkan lagu Fall For You untuknya. Suara Leon sangat merdu, ia membawakan lagu ini beda dari aslinya alias dia membawakan versinya sendiri.  Leon mulai bernanyi, hingga saat di Part Reff, ia menghela napas panjang lalu kembali bernyanyi lagi, “Or I won’t live to see another day. I swear it’s true. Because a girl like you is impossible to find.. your impossible to find…”  
Semakin deras air mata yang menetes di wajah Lara. Baru kali ini ia merasakan sesuatu yang sangat dalam. Hingga Leon selesai bernyanyi Lara tak sanggup berkata-kata. Ia hanya menangis dan menangis. Leon juga merasakan hal yang sama, ia meneteskan air matanya yang jatuh di kepala Lara. Kemudian ia menghapusnya, agar Lara tidak tambah sedih lagi. Ia berusaha untuk selalu bisa tersenyum di hadapan Lara dan ia juga berusaha untuk selalu tersenyum untuk Lara di saat dia ada dan tidak ada untuk Lara.
***
Seharian sudah mereka puas bermain di pantai. Dari mancing, surfing, diving, pokoknya yang berhubungan dengan laut deh.
 Saat malam tiba, Bu Ja menyiapkan barbeque sebagai penutupan libur kali ini. Soalnya besok mereka harus kembali pagi-pagi .
Di saat semua asik membakar jagung dan gitar-gitaran. Leon dan Lara berjalan di pinggir pantai sambil bercerita tentang satu sama lain. Lara juga menceritakan tentang keluarganya, tentang perceraian orangtuanya. Semuanya ia ceritakan dan  Leon juga menceritakan semua tentang dirinya kepada Lara. Malam itu indah sekali, di tambah dengan keakraban mereka berdua. Mereka memiliki satu perasaan yang sama, yaitu perasaan sayang. Tapi, keduanya takut mengungkapkannya karena mereka takut untuk melepas dan takut untuk  kehilangan.  Status tidak di jadikan masalah bagi mereka. Yang penting mereka merasa nyaman dan akrab satu sama lain itu sudah cukup bagi mereka.
“Liburan kali ini adalah liburan yang paling indah dan paling seru yang aku alami.” Kata Leon. kemudian. .. “Ra, kalo misalnya gak ada aku. Apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Leon tiba-tiba. Tak terdengar sepatah kata pun yang keluar dari mulut Lara dan ia pun gak mau menangis lagi. Ia capek menangis terus, lalu ia putuskan untuk diam dan medengerkan apa yang Leon bicarakan.  “Hidup seseorang tak ada yang bisa menebak. Hanya Tuhan lah yang tau semua itu. Kita sebagai manusia seharusnya  bisa memanfaatkan waktu yang ada. Jangan pernah membuang  satu detik waktumu untuk hal yang percuma. Jangan pernah menunggu waktu yang ada tapi kamu lah yang harus mengejar waktu.Selagi bisa dan selagi sempat kerjakanlah, jangan pernah di tunda. 1 lagi, menunggu lah yang pasti-pasti saja. Jangan menunggu yang tidak pasti, tinggalkan itu. Itu akan membuang waktu juga. Semangat yah!!!” Kata Leon dengan lantang dan tersenyum. Lara hanya bisa tersenyum kecil.
Setelah semua bubar dan masuk ke kamar masing-masing. Barulah mereka kembali ke resort. Lara langsung masuk ke kamarnya, Leon ingin menahannya namun tapi ia tak sempat. Jadi Leon kembali ke kamarnya. Wajah terlihat pucat, badannya lemas dan napasnya terengah-engah. Ia mengambil obat yang ia bawa dari rumah lalu meminumnya dan ia pun berbaring di ranjang hingga ia ketiduran. 
***
Mereka berangkat jam 3  subuh dari resort. Semua barang sudah di angkut ke dalam mobil masing-masing.  Sebelum pergi mereka pamitan dengan Pak Ja dan Bu Ja.
Liburan kali ini terasa begitu cepat, mungkinkah akan terulang lagi liburan yang sama dengan liburan seperti ini? Who’s know?
Selama perjalanan pulang Lara dan Leon di membicarakan apapun. Lara tertidur dengan pulas sedangkan Leon fokus menyetir.
Sesampainya di rumah, Leon mengetuk pintu sambil menggendong Lara . Ibu lara membukakan pintu dan mengantarkan Leon ke kamar Lara. Kamar Lara serba putih, suasananya tenang dan sejuk. Leon menaruh Lara di kasur. Ia menyelimuti Lara dan mencium kening Lara. “Ini Pertama dan terakhir kalinya aku masuk ke kamarmu dan mencium keningmu. Terimaskasih untuk 2 hari terakhir ini.” Kemudian Leon pergi meninggalkan Lara.
Lara yang saat itu sudah bangun, saat di taruh di kasur. Ia mendengar semua ucapan Leon, ia tak sanggup menahan tangisnya.
Sementara di luar, sebelum pamitan Leon sudah menceritakan semuanya pada ibu Lara, termasuk kejadian di dalam kamar Lara. Sama dengan Lara, Ibunya pun tak sanggup berkata-kata lagi. “Tante adalah ibu kedua setelah mama saya yang paling baik. Terimakasih untuk semuanya. Maaf kalo saya pernah ngerepotin tante selama ini. Sebelum saya pergi tolong jangan beritahu Lara dulu tante. Biarkan dia tau setelah saya pergi. Sudah cukup saya melukai hatinya.  Saya pamit. Assalamualaikum.” Kata Leon kemudian pergi. Ibu Lara meneteskan air mata. “Iya, Leon. Hati-hati yah, nak.” Sambil tersenyum dan mengusap air matanya.
***
*Beberapa hari kemudian setelah liburan
Penyakit Leon semakin parah, jadi ketika ia pulang dari liburan ia langsung dibawa ke rumah sakit lagi. Hampir seminggu ia di rawat namun tak ada kemajuan yang terlihat darinya. 
Hingga pada minggu pagi, ia terbangun dari sadarnya. Walaupun wajahnya pucat dan sekujur tubuhnya lemah takberdaya. Ia berusaha untuk bangun. Terlihat senyum yang merekah dari wajah mamanya yang tiap hari menjaga serta merawatnya. Setetes air mata jatuh dari mata indahnya sambil membantu anaknya untuk duduk di atas kasurnya. "Ma, Leon mau pulang. Leon mau di rawat di rumah aja." kata Leon sambil terbata. Tanpa berpikir panjang mama Leon mengangguk dan menjawab, "Iya nak. Kita pulang hari ini." di barengi sebuah senyuman dan menahan air mata yang berjatuhan. Pada hari itu juga Leon langsung pulang. Dokter memberi satu suster untuk menjaganya di sana jika ada apa-apa. 

*Sekolah
Lara terlihat lesu. Wajahnya juga terlihat agak sedikit pucat. sudah beberapa hari ini ia mencari sosok Leon yang belakangan ini selalu menemaninya. Hp Leon pun tak aktif. tak ada yang tau Leon di mana sekarang dan tak terlintas pula di pikiran Lara jika penyakit Leon kambuh.  Tiba-tiba dari pinggir lapangan dan berjalan menuju Lara. Senyum yang mengiringinyapun masih sama dengan senyum yang dulu. sebelum orang itu mendekat, Lara langsung berlari dan memelukorang tersebut. tanpa kata dan tapa alasan, Lara meneteskan air mata ia tak tau betapa kangennya ia pada orang ini. Leon yang di peluk tak tau apa-apa namun setelah itu ia memeluk tubuh Lara dengan erat dan mengelus-elus rambut Lara.
Tanpa banyak kata, Leon mengajak Lara untuk pergi ke suatu tempat. Awalnya Lara gak yakin, tapi karena Leon sudah meminta ijin pada guru piket Lara mau. Jadi di sini lah mereka sekarang. Suatu tempat yang jauh dari keramaian dan udara yang sejuk jauh dari campuran polusi.
Di sana mereka piknik. Leon memilih tempatnya sangat indah. Banyak rumput hijau yang bertebaran di sana. Mereka mengobrol satu sama lain. Berlari-larian dan berfoto bersama. Serasa dunia milik bersama.
Lara menikmati indahnya hari ini bersama Leon. Tak ada sepintasmu di pikirannya Leon akan pergi meninggalkannya yang ia tau Leon di sini bersamanya. Padahal, ini adalah kebersamaan terakhir mereka.
Hingga sore mereka di sana. Mereka berdua terlihat seperti dua merpati putih yang sedang beristirahat di sangkarnya. Mereka yang tertawa, bercanda bahagia dan melupakan semua masalah yang ada.
Senja mulai tiba. Matahari siap untuk istirahat dan merekapun bersipa untuk pergi. Leon mengantar Lara pulang dengan selamat dan iapun kembali kerumahnya dalam keadaan yang semakin parah.
***

*Keesokan harinya
Sesampai di sekolah, Lara mencari Leon. Ia  bertanya-tanya pada yang yang lain. Namun yang lain hanya menggeleng. Ia mencari Via, Lira, Aldo, dan Rifan juga. Tapi gak ketemu. Handphone mereka mati semua. Termasuk Leon. Lara mulai menangis. Ia gak tau harus kemana dan harus berbuat apa. Hingga sebuah kabar duka datang dari ibunya. Beliau datang ke sekolah dan menjemput Lara untuk tiba ke tempat peristirahatan terakhir Leon. Lara ingin bertanya namun percuma, semua terlambat. Semuanya sudah terjawab di sebuah pemakaman dengan batu nisan bertuliskan :
Alm.
Leon Pramada Syam
BIN
Wijaya Syam
Lahir : 02-02-90
Meninggal : 03-04-07
Disana ada Via, Lira, Aldo, Rifan, mama, mama dan papanya Leon, teman-teman, guru-guru, dan peziarah yang lain.. Lara gak tau harus ngomong apa, hal yang pertama ia lakukan adalah menabur bunga- buang dan meyiram air di atas makam Leon.  Ia tak bisa menangis setelah melihat makam Leon. Air matanya kering. Lalu ia berusaha untuk tersenyum, tersenyum, sesuai dengan yang di katakana oleh Leon. “Tetaplah berusahanuntuk selalu tersenyum di saat ada dan tidak ada aku di sampingmu.”
***
Tiba di rumahnya Leon. Mama Leon langsung memeluk Lara. Beliau menangis tanpa mengeluarka sura. Dalam pelukannya, mama Leon berkata, “Tante sudah tau kamu dari awal Leon kenal kamu sampai dia udah gak ada sekarang. Leon selalu certain tentang kamu, tentang liburan kamu dan teman-teman kalian. Tante senang, Leon bisa kenal dan dekat sama kamu. Sayang dia gak bisa mendaptkan dan memiliki kamu.” Cerita mama Leon dan beliau melepas pelukannya. Beliau mengambil kaset rekaman dan secarik kertas beramplopkan puith.  “Leon ingin kamu melihat dan membacanya setelah dia pergi.” Kata mama Leon dan memeluk Lara.
***
Sesampainya di rumah ibu menceritakan apa yang terjadi setelah liburan kemarin. Setelah mengantar Lara pulang, Leon langsung rumah sakit. Entah karena apa lebih jelasnya dokter dan kedua orangtuanya lah yang tau. Sebenernya sebelum berangkat liburan kondisi Leon sudah parah. Namun tetap ia paksakan. Orangtua Leon gak bisa melarang. Jadi Leon di ijinkan. Ibu Lara menceritakan semuanya. Setelah itu Lara pamit untuk masuk kamar. 
Di kamar, Lara menyetel rekaman yang di berikan oleh Leon melalui mamanya. Leon  menyanyikan lagu Fix You sambil bermain gitar. Di temani dengan Mama dan Papanya, Mama, Via, Lira, Aldo, dan Rifan. Setelah selesai bernyanyi, Leon meminta Lara membuka surat yang di berikannya 


To : My Dear Alara

Angin yang berhembus, dan menerbangkan dedaunan takkan bisa kembali ke tempat semulanya.
Waktu yang telah berlalu tak dapat berputar dan tak dapat mengembalikan memori kenangan yang ada.
Dan kesalahan di masa lalu tak dapat terlupakan begitu saja.
Mungkin salah ku karena telah membukakan pintu  untuk kamu  masuk ke dalam ke hidupanku. Tapi menjadi temanmu, dan menyayangimu adalah kesalahan terindah yang pernah aku lakukan.
Terimakasih untuk 2 hari terakhir kemarin. Maaf, aku membohongimu tapi ini semua aku lakukan agar aku bisa bersamamu dan yang lain. Jangan salahkan mereka, aku yang menyuruh mereka untuk diam.
Ada dan tak ada aku, tetap  selalu tersenyum. Lanjutkan dan nikmatilah hidupmu yang indah ini.
Thanks for everythings you give me. I always remember  and never forget it.

With Love

Leon Pramada Syam

Minggu, 22 Januari 2012

16 Oktober 2011 - 22 Januari 2012 = 100 hari

16 Oktober 2011 - 22 Januari 2012 = 100 hari.

100 hari dimana kamu telah meninggalkan dunia ini..
meninggalkan orang-orang yang pernah singgah di hidupmu..
meninggalkan semua kenangan yang terencana dan menukarkannya dengan kepergianmu yang tiba-tiba..

Sampai saat ini, kepergianmu masih tanda tanya bagiku dan mungkin tanda tanya bagi sebagian orang...
Begitu cepat kamu pergi tanpa berpamitan kepadaku dan teman-teman...
Secepat pertemanan, persahabatan serta persaudaran yang kita bangun beberapa bulan lalu...


Banyak sekali kenangan yang kamu tinggalkan...
Disaat aku merasa kesepian, kamu selalu datang dengan senyumanmu dan mulai menghiburku..
Disaat aku merasa ketakutan, kamu selalu datang dengan kata-kata yang selalu menyakinkan aku untuk menjadi diri yang lebih berani..
Disaat hasrat ingin menjahili orang, kamu selalu menjadi korban dan selalu sabar tanpa membalasku..

1 hari setelah kamu pergi..
3 hari setalah kamu pergi..
7 hari setalah kamu pergi..
40 hari setalah kamu pergi..
Hingga hari ini 100 hari setelah kamu pergi,
aku gak pernah siap atau datang ke tahlilanmu... Maapkan aku, aku memang bukan teman yang baik.. mungkin kamu tau alasan kenapa aku gak pernah datang...

Tapi, percayalah teman..
selalu kulantunkan doaku untukmu di sana, agar kamu bisa tenang tanpa memikirkan beban yang ada di sini...

Kepergianmu mengajarkanku untuk lebih bisa menghargai setiap detik kehidupan  di dunia ini..
Kepergianmu juga mengajarkanku untuk lebih ikhlas dalam menjalani hidup sampai akhir hayat nanti...



Tuhan ini memang rencanmu, ini takdirmu..
tak ada yang bisa menduga dan menolaknya...
Ku terima kehendakmu, ku syukurin nikmat serta pemberianmu.. :')

Untuk Tanduk, Goro temanku.. :')
Walaupun kamu telah pergi meninggalkan dunia ini..
namun kamu tidak akan pernah pergi dari hati kami...
semoga amal serta perbuatan di terima di sisiNya..
tenang di sana yah! We'll miss you already.. :*









Loving you as always



with love Fitri and KC :*